GIANYAR – Ngobrol Pendalaman Iman alias NGOPI oleh barista RD. Dr. Dominikus Gusti Bagus Kusumawanta yang berjalan setiap bulan di youtube Sanmari Gianyar TV Channel, kini sudah memasuki episode 6 dengan tema IMAN : DIURAPI UNTUK MENGURAPI. Menariknya tayangan yang live pada Senin, 31 Agustus 2020 lalu ini menghadirkan narasumber yang ulang tahun Imamatnya pun bersamaan di Bulan Agustus. Diantaranya Mrg Robertus Rubiyatmoko yang merayakan ulang tahun Imamat ke 28, Romo J. Kristanto Pr yang merayakan ulang tahun Imamat ke 31, dan Romo Wanta yang pada 22 Agustus lalu merayakan ulang tahun Imamat ke 30.

NGOPI dibuka awal dengan persembahan lagu oleh persekutuan doa Don Bosco Gereja Fransiskus Xaverius Kuta, lalu dilanjutkan dengan NGOPI bersama Mrg Robertus Rubiyatmoko dari Keuskupan Semarang. “Bagi saya menjadi Imam adalah menjadi pribadi yang diharapkan senantiasa melimpahkan berkat Tuhan, menyalurkan berkat Tuhan demi pengudusan umat beriman. Dengan tema diurapi untuk mengurapi kiranya mengarahkan kita terkait siapa imam itu, apa yang menjadi tanggung jawab seorang imam, dan dari mana tanggung jawab itu mengalir,” ujarnya.

Mrg Robertus yang berbagi pengalaman sebagai uskup dan formator seminari di Seminari Tinggi Santo Petrus Kentungan,Yogyakarta mengajak kembali untuk melihat Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik yang menyatakan Imam adalah umat beriman kristiani atau orang Katolik yang menurut ketetapan ilahi diangkat menjadi pelayan-pelayan suci dengan ditandai materai yang tidak terhapuskan. Yakni dengan dikonsekrasi atau ditahbiskan, dan ditugaskan untuk melayani umat Allah. Masing-masing menurut tingkatannya dengan dasar yang baru dan khusus. Entah sebagai Diakon, Imam, maupun Uskup. 

“Karena sakramen tahbisan yang sudah diterima, maka seorang Imam mempunyai tanggung jawab atau tugas untuk melayani umatnya, untuk menguduskan, dan mengajarkannya dengan perwartaan dan sabda Tuhan. Kemudian mengembalakan atau membimbing umatnya. Dengan tahbisannya seorang Iman diurapi oleh Allah dengan Roh Kudus agar Imam mampu mengurapi umat beriman melalui berbagai macam pelayanan khususnya pelayanan Skaramental dan Sakramentali,”paparnya.

Sementara itu Romo Kristanto Imam Keuskupan Agung Jakarta dan juga selaku sekretaris Komisi Seminari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), merangkap sekretaris harian Badan Kerjasama Bina Lanjut Imam Indonesia sedikit sharing tentang pengalaman sebagai seorang Imam. “Saya tersentak dengan teks dalam Injil Lukas 4:18, saya mengalami dan merasakan dengan sadar saya sudah ditahbiskan dan sudah diurapi untuk menyampaikan kabar baik,” ujarnya.

Beliau juga menjelaskan dari 37 Keuskupan di Indonesia ada sebanyak 42 seminari menengah dengan jumlah 5.369 seminaris per tahun 2020, 13 seminari Tahun Orientasi Rohani (TOR) dengan jumlah 353 seminaris per tahun 2020, dan 14 seminari tinggi dengan jumlah 1.567 seminaris per tahun 2020. “Mitra seminari bekerjasama dengan awam, diantaranya kelompok semangat, gerakan orangtua asuh untuk seminari (GOTAUS), paguyuban gembala utama (PGU), dan komunitas peduli seminari (KPS/YSS),” jelasnya.

Dijelaskan juga empat dimensi dalam Pastores Dabo Vobis yakni dimensi manusiawi yakni pengolahan segi afektif dilatih menjadi peka, mendengarkan, kerjasama dan menghargai. Dimensi spiritual atau rohani yakni bersatu dengan Tuhan Yesus selain ekaristi, doa, lectio divina, adorasi, devosi, bimbingan rohani, dan refleksi. Dimensi inteletual yakni menambah wawasan dengan membaca buku, dan terakhir dimensi pastoral yakni perencanaan pastoral dimana mencakup juga kunjungan umat.

“Pendampingan empat dimensi ini tidak bisa diandaikan, harus dikawal. Melakukan tatap muka, wawancara, sharing klasikal, buat refleksi dan dibaca. Refleksi ini memperkaya kita sebagai formator akan semakin mengenal seminarisnya,” jelasnya.

NGOPI yang berlangsung kurang lebih selama 1 jam 30 menit itu ditutup oleh Romo Wanta dengan harapan besar Imam dan awam saling mendukung satu sama lain, dan saling mengayomi dalam hidup menggereja. “Saya menginginkan acara ini menggugah kesadaran kita semua untuk mencintai dan mendampingi para Imam yang tidak dipungkiri memiliki kelemahan dan kekurangan. Awam-awam diharapkan mampu mendampingi dan menenami para Imamnya di paroki masing-masing. Begitu juga kepada calon imam butuh pendampingan dari awam, bukan hanya doa melainkan dukungan moral dan juga materi bagi seminaris untuk membantu aktifitas seminaris selama pandemi ini khususnya,” pungkas Romo Wanta.